Tuesday, July 8, 2008

GUNAKAN HATI TERIMA BERKAT TUHAN

Grand Master Reiki Tummo internasional Irmansyah Effendi (kiri).







Jumat, 21-03-2008 | 02:51:54

HATI adalah kunci hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam berbagai kitab suci dituliskan secara jelas betapa pentingnya memakai hati kita, tidak saja pada saat-saat berdoa, tetapi juga saat kita berinteraksi dengan sesama manusia, setiap saat.

Hanya hatilah yang dapat benar-benar menyadari kehendak Tuhan Yang Maha Esa dan kebenaranNya. Kita harus selalu mengandalkan hati kita. Sebab, terkadang orang berdoa, beramal, dan berbuat baik namun tanpa disertai keterbukaan hati.

Itulah sedikit penggalan dari buku berjudul “Hati, Mengenal, Membuka, dan Memanfaatkannya” karya ke-13 dari Grand Master Reiki Tummo internasional Irmansyah Effendi MSc.

Irmansyah memperkenalkan buku tersebut ketika berkunjung bersama sejumlah anggota dan master Reiki Tummo ke kantor redaksi Tribun Batam, Kompleks MCP Batuampar, Kamis (20/3) siang.

Rombongan diterima Redaktur Pelaksana Tribun Richard Nainggolan, Korlip Ahmad Suroso, aktivis lingkungan Harry Suryadi yang juga master Reiki Tummo, serta sejumlah redaktur dan reporter di ruang rapat redaksi.

Perbincangan mengenai Reiki Tummo dan manfaatnya berlangsung hangat dalam suasana santai. Irmansyah menjelaskan, Reiki Tummo adalah sebuah teknik penyembuhan alternatif kuno lintas agama dan bukan merupakan ilmu gaib atau sejenisnya. Metode ini bisa menyembuhkan penyakit psikis hingga fisik, bahkan kanker sekalipun. Juga untuk mengatasi masalah emosi, mental, dan sebagainya.

Sehingga, pria lulusan Master of Science ilmu komputer dari California State University, AS, itu mengatakan, siapa pun bisa menjalankan metode Reiki Tummo tanpa harus khawatir bertentangan dengan agama yang dianutnya.

Sebagaimana diulas dalam buku terbarunya, Irmansyah mengatakan, prinsipnya diri sejati seseorang ada di hatinya. “Yang dimaksudkan bukan hati secara fisik yang dikenal sebagai liver, melainkan pusat perasaan halus yang berada di rongga dada kita,”jelas Irmansyah.

Semua orang bisa belajar memanfaatkan hatinya untuk berhubungan dengan Tuhan maupun sesama. Kita juga bisa melepaskan stres kemudian merasakan kebahagiaan yang terasa indah setiap saat melalui metode Reiki Tummo.

“Banyak sekali kegiatan yang kita lakukan dengan menggunakan otak kita. Namun, saking banyaknya, terkadang kepala ini terasa berat. Jika kita menggunakan hati, maka tubuh kita akan merasa lebih ringan, senang, dan bahagia,” jelas Irmansyah.

“Sebagai contoh, dalam bekerja kita akan mengalami banyak pikiran. Namun, jika kita sudah melatih hati kita, maka tugas pekerjaan tersebut akan terasa lebih ringan dan lebih fokus dalam menghadapi pekerjaan,”ujar Effendi.

Untuk meyakinkan ‘teorinya’, Irmansyah mempersilakan semua yang hadir mempraktikan bagaimana caranya memanfaatkan hati. Caranya, tutup kedua mata, letakkan telapak tangan di dada, dan membuka hati. Biarkan hati bekerja tanpa dipengaruhi oleh pikiran (otak).

Ternyata tak mudah membuka dan membiarkan hati bekerja di luar pengaruh pikiran. Agar hati bisa “bebas” dari pengaruh otak, bisa dilakukan dengan mengingat saat-saat paling indah yang pernah dialami. Tidak harus secara mendetail. Bila merasakan perubahan di rongga dada. Semacam ada aliran yang melegakan. Itu pertanda hati non fisik sedang bekerja.

Benar saja, sekitar dua menit meletakkan telapak tangan di dada sambil memejamkan mata, beberapa peserta mengaku merasakan perubahan. Bahkan mereka bisa tersenyum manis dengan ekspresi wajah cerah, tampak bahagia. Peserta lainnya yang sedang dilanda migran (sakit kepala sebelah) langsung merasakan sakitnya berkurang.

Semua metode memanfaatkan hati itu terdapat dalam buku terbaru Irmansyah. Buku bersampul hijau itu membahas bagaimana kita mengenal, membuka, dan memanfaatkan hati. Baik dalam bekerja, berinteraksi dengan sesama, hingga berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Buku terbitan Gramedia itu akan diluncurkan di Toko Buku Gramedia BCS Mall pada Sabtu, 22 Maret 2008, yang dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama presentasi gratis mengenai bagaimana memanfaatkan hati pada pukul 17.00-19 00. Sesi kedua, temu penulis pada pukul 19.00-21.00.(edy/noe)

(Sumber : http://tribunbatam.co.id/berita_utama/gunakan_hati_terima_berkat_tuhan_)

WARGA ASING JUGA IKUT

Selasa, 25-03-2008 | 01:00:00

MEMPERINDAH hubungan dengan Tuhan ada banyak seninya. Satu di antaranya yakni dengan meditasi menggunakan hati. Hal tersebut diungkapkan Ahli Reiki Tummo Internasional Irmansyah Effendi dalam Lokakarya Mengelola Hati,di Golden View Hotel, Senin (24/3).

“Banyak orang yang berdoa kepada Tuhan hanya dengan kata-kata tanpa menggunakan hati. Nah, dalam lokakarya ini saya ingin mengajarkan bagaimana memakai hati di saat kita berdoa tanpa kata-kata,” tutur Irmansyah.

Lokakarya yang bertajuk “It Is About Heart and Sharing The Love” diikuti 150 peserta yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Di sebuah sesi lokakarya, peserta duduk berkelompok. Satu kelompok terdiri dari lima atau enam orang.
Seorang di antara mereka memejamkan mata sambil duduk bersila. Tangan kanannya memegang dada. Sementara yang lain menyemangati temannya yang sedang berdoa kepada Tuhan. “Teruskan...Teruskan....Teruskan.... sampai kamu dapat menemukan Tuhan mu.”

Setelah itu, peserta yang memejamkan mata tersenyum. “Ini adalah bagian dari proses latihan menggunakan hati. Sebab, latihan ini akan menyadarkan kita betapa rasa bahagia, tenang, damai, dan ringan tersebut adalah berkat dari Tuhan YME,” imbuh pria lulusan California State University, USA.

Lebih lanjut Irmansyah mengatakan, tersenyum kepada hati dan mengikuti perasaan bukanlah usaha. Semuanya hanyalah metode alami yang akan membantu agar hati dan perasaan kita menjadi lebih kuat.

Sehari sebelumnya, Irmansyah me-launching buku ke-12 nya “Hati, mengenal, membuka dan memanfaatkan” di Gramedia BCS. Launching buku tersebut terbilang sukses karena dalam waktu kurang dari dua jam terjual lebih dari 200 copy.(min)


(Sumber : http://tribunbatam.co.id/barelang_square/warga_asing_juga_ikut_)

PERBENDAHARAAN KATA-KATA

Perbendaharaan kata-kata “Dari Hati ke Hati”

Kita sedang memasuki paradigma baru yang berdasarkan kesadaran bahwa Hati adalah pusat diri yang sejati, bukan lagi otak. Oleh karena itu, konsep-konsep dan perbendaharaan kata-kata untuk menggambarkan dan mengerti mengenai pengalaman hati masih sangat terbatas dalam bahasa kita. Perbendaharaan kata-kata di bawah ini bersifat edukatif untuk membantu kita lebih mengerti perbedaan antara kepala/otak dengan hati.

Hati : Pusat perasaan kita. Terletak di pusat dada pada ketinggian ketiak. Ini bukan hati fisik, melainkan hati non fisik.

Kepala/Otak : Pusat berpikir dan Ego

Pusat Emosi : Umumnya orang suka mengira/mengacaukan ini dengan hati. Pusat emosi berisi pola-pola emosi yang tersimpan dalam sistem diri kita dan terhubung dengan solar plexus. Ada hubungan langsung antara kepala/otak dan pusat emosi. Bila kita tidak sedang di hati, maka antara kepala/otak dan pusat emosilah yang aktif dan akan saling merespons dan membangkitkan reaksi satu sama lain sepanjang hari.

Tuhan Asal Yang Sejati : Sumber Kasih dan Cahaya dan Sumber dari semua Diri Sejati (inti hati).

Berada di Hati : Kondisi dimana kita berada di sini saat ini, dengan penuh rasa syukur dan penghargaan yang mendalam atas kasih Tuhan, serta menyambut Kasih dan Cahaya dari Tuhan Asal Yang Sejati.

Berada di Pikiran : Berada di sini saat ini secara terbatas. Pikiran tenang, tetapi mengamati apa yang sedang dialami. Anda tidak bisa dalam waktu yang bersamaan berada di pikiran sepenuhnya dan juga berada di Hati sepenuhnya. Karena bila anda berada di pikiran sepenuhnya, anda sedang mengamati dan ini adalah kegiatan mental. Berada di hati sepenuhnya, anda sedang menggunakan perasaan, dengan perasaan yang bahagia dan berada di sini saat ini seutuhnya.

Perasaan : Perasaan-perasaan halus yang merupakan hasil sampingan alami bila kita berada di hati, seperti kedamaian, ketenangan, rasa syukur, rasa menghargai, kebahagiaan dan kasih.

Anugrah : Yang kita terima saat kita membiarkan Kasih dan Cahaya bekerja di hati untuk membantu kita dari semua sudut.

Kepala/Otak yang aktif : Pikiran atau respons emosional apapun yang membuat otak kita dominan. Misalnya, kekhawatiran, ketakutan, menilai/mengadili orang lain, keangkuhan, kurang percaya diri, kemarahan, kesedihan, kecemasan dan memikirkan hal-hal yang sudah lewat/terjadi maupun yang belum terjadi.

Tombol-tombol reaksi emosi : Pola-pola emosi yang cenderung berulang saat kita menjalani hidup tidak dengan hati. Apabila di lingkungan ada hal-hal yang menjadi pencetusnya, biasanya emosi-emosi tersebut akan sering terpancing.

Keadaan Otak Dominan : Kepala/Otak yang dominan karena anda mengidentifikasi diri dengan berada di otak. Ini adalah keadaan umum manusia saat menjalani hidup sehari-hari.

Keadaan Hati Dominan : Hati dominan dan otak dengan senang hati menjadi pelaksana, melaksanakan kebijaksanaan dan bimbingan hati yang bersifat penuh kasih. Ini adalah cara terbaik untuk belajar, tumbuh berkembang dan hidup di dunia ini.

Titik Pilih : Anugrah setiap saat untuk dapat dengan cepat berpindah dari keadaan sepenuhnya di kepala/otak menjadi ke keadaan berada di Hati.

Alasan : Pembenaran dari otak yang meyakinkan anda bahwa mempunyai emosi-emosi seperti itu adalah benar atau setuju dengan alasan kenapa anda tidak bahagia/merasa puas. Alasan-alasan membuat anda tidak menyadari bahwa tiap saat adalah titik pilih, yang merupakan kesempatan untuk berpindah dari otak ke kebahagiaan/kepuasan dari hati. Hati tidak punya dan tidak menggunakan alasan-alasan.

Lepas : Anda sedang santai dan tersenyum tanpa usaha sama sekali, merasakan perasaan indah dan membiarkan perasaan indah itu membawa anda masuk lebih dalam lagi ke hati.

Hambatan-hambatan : Pola energi yang membuat kemacetan, menghalangi hati kita untuk mengembang dan terbuka lebih lanjut. Hambatan-hambatan di sekitar pinggiran hati kita menghalangi kita untuk mengalami Kebahagiaan Sejati. Ibaratnya seperti kabut yang menghalangi kita untuk merasakan Kasih dan Cahaya dari Asal Yang Sejati yang sebetulnya ingin memancar dari inti hati kita.

Pembersihan Hati : Proses alami yang membebaskan/melepaskan pola-pola emosional yang menyangkut/menghambat.

Normal : Berada di kepala/otak, suatu keadaan yang kita alami sebagian besar waktu kita, dan telah membuat kita yakin bahwa keadaan ini adalah yang nyata.

Tujuan Sejati : Membagikan Kasih dan Cahaya sebagai Alat dari Asal Yang Sejati.

Sekolah Bumi (Kehidupan) : Planet bumi merupakan sebuah ruang kelas, yang kita sebut kehidupan. Kehidupan di bumi ini menyediakan kesempatan terbesar dan anugrah terbesar, yaitu untuk memenuhi Tujuan Sejati dan hidup di dalam Kebahagiaan Sejati.

Ketidakpuasan : Penderitaan yang dialami karena bermacam-macam ikatan yang terjadi dari beraneka keadaan saat kita berada di otak.

Kepuasan : Tanpa usaha, dapat merasakan kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan yang merupakan hasil sampingan alami bila anda berada di hati.

Panggilan untuk tergugah dan bangun : Setelah kita sadar bahwa selama ini kita hidup dengan penuh ikatan-ikatan dari otak dan sekarang mulai menempuh perjalanan untuk memenuhi Tujuan Sejati dari kehidupan. Kita mulai mengikuti panggilan dari Hati.

Ilusi : Gagal mendengarkan panggilan untuk bangun dan tergugah, dan meneruskan cara hidup yang percaya bahwa otak pada akhirnya dapat membawa kita ke kebahagiaan sejati, atau keyakinan bahwa memenuhi keinginan-keinginan akhirnya akan memuaskan kita.

Hati Nurani : Inti dari hati yang merupakan percikan dari Asal Yang Sejati. Hati Nurani tahu kebenaran yang terdalam, dan akan membawa kita kembali ke Asal Yang Sejati. Kebanyakan hati nurani belumlah aktif.

Kerinduan : Kerinduan adalah suatu perasaan rindu yang terdalam yang bersifat alami dan amat membahagiakan yang berasal dari Hati Nurani untuk terhubung seutuhnya dengan Asal Yang Sejati.

Keinginan-keinginan : Keinginan adalah cara otak untuk membelokkan kita dari kerinduan sejati yang ada di hati. Keinginan-keinginan membuat kita hidup dalam ilusi, karena selalu membuat kita berpikir bahwa hal ini akan membawa kita ke suatu kepuasan. Dalam kenyataannya, semuanya akan membawa kita untuk mempunyai lebih banyak lagi keinginan-keinginan. Keinginan adalah cara otak untuk mengisi kehampaan yang terjadi karena kita hidup tidak di dalam Hati. Saat kita seutuhnya berada di dalam hati, kita akan merasa komplet/utuh.

Kecerdasan Otak : Cara kita belajar untuk berpikir, mencari hubungan sebab akibat, merasionalisasi, mengkategorisasi, menilai dan memecahkan masalah. Umumnya bersifat mementingkan diri sendiri dan mempunyai motivasi untuk keuntungan diri sendiri. Seringnya ujung-ujung dari kecerdasan otak adalah “Apa yang bisa saya dapatkan”. Masyarakat umumnya menganggap ini “normal” dan sistem pendidikan serta keluarga juga telah mengajarkan kita untuk bertingkah laku seperti itu.

Kecerdasan Hati : Kebijaksanaan Hati yang penuh kasih yang akan membimbing kita membuat pilihan-pilihan yang memungkinkan kita untuk memenuhi Tujuan Sejati. Kebijaksanaan Hati memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kita, tetapi tidak bersifat mementingkan diri sendiri. Kecerdasaan Hati mengakses gambaran yang lebih besar yang seringnya tidak bisa dilihat oleh persepsi otak. Kecerdasan Hati akan membimbing kita untuk membuat pilihan-pilihan yang bijaksana dan penuh kasih. Membantu kita untuk melihat situasi dengan jelas. Memberikan kita pandangan, perspektif dan sikap baru untuk mengendalikan dan secara efisien mengelola tantangan apapun yang muncul di hidup kita sehari-hari.

Stress : Reaksi fisiologis yang muncul dari keadaan otak bila seseorang merasa dirinya terancam, atau dalam situasi yang tidak enak.

Penyebab Stress : Kejadian atau keadaan yang dianggap membuat stress karena berada pada keadaan otak yang dominan. Ini terjadi walaupun seseorang tidak benar-benar sedang terancam. Saat berada di dalam Hati, keadaan yang sama tidak dilihat sebagai penyebab stress. Kejadian atau hal itu akan dilihat sebagai suatu kesempatan untuk menjadi Alat dari Kasih dan Cahaya.

Berada di dunia tapi tidak terpengaruh secara negatif oleh segala sesuatu yang terjadi : Bila kita berada di Hati sepenuhnya, kita berfungsi di dunia sebagai Alat Kasih dan Cahaya, tanpa dipengaruhi oleh semua kesibukan-kesibukan yang terjadi di dunia dan juga persoalan-persoalan yang timbul akibat emosi-emosi dan otak yang dominan dari orang-orang di lingkungan kita. Kita tetap hidup seperti bunga teratai, lambang kasih, yang selalu harum dan bersih, biarpun hidup di air yang kotor dan berlumpur.

Identitas yang terbatas : Gambaran siapa diri kita, yang dihasilkan saat otak kita dominan. Identitas yang terbatas itu terdiri dari opini-opini, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, rasionalisasi dan alasan-alasan. Membantu untuk membenarkan pendapat kita mengapa kita percaya hal-hal tertentu, mengapa kita merasa seperti itu terhadap keadaan yang dihadapi, dan mengapa keadaan dan hal-hal adalah seperti itu. Ini adalah hasil produk dari pengalaman-pengalaman masa lalu, cara pandang kita yang telah dicemari oleh persepsi-persepsi akibat persoalan-persoalan yang tidak ada jalan keluarnya, dan pola-pola kepribadian masing-masing. Ini semua telah membentuk keadaan mental kita. Identitas kita telah kita ciptakan sendiri.

Diri Sejati : Identitas yang sejati adalah diri sejati kita yang berada di dalam hati. Inilah diri kita yang sebenarnya yang merupakan percikan dari Cahaya dan Kasih Tuhan. Setiap orang memiliki diri sejati, tetapi tidak semua percikan Cahaya dan Kasih memancarkan cahaya. Diri sejati adalah diri kita sebenarnya pada tingkat yang terdalam, tidak dibatasi oleh batasan-batasan ruang dan waktu. Menjalani kehidupan sesuai Tujuan yang Sejati, mengasihi Tuhan seutuhnya dan mengikuti hati/berada di hati seutuhnya akan membawa kita untuk menyadari Diri Sejati. Dan Cahaya dan Kasih dari Asal Yang Sejati akan dapat bersinar memancar bebas melalui seluruh diri kita, sesuai dengan kehendak Tuhan.

(Sumber : http://www.heartsanctuary.org/in/vocabulary-2.html)

HAMBATAN-HAMBATAN UMUM YANG DIHADAPI

Anda kira sudah berada di hati

Umumnya orang setuju kalau dibilang kita seharusnya mengikuti hati, mendengarkan hati dan hidup dengan hati. Dan banyak orang mengira mereka sudah berada di hati. Tetapi, hanya dengan berpikir, mengira dan membayangkan saja tidak akan membawa seseorang untuk masuk ke hati, karena hal-hal itu adalah fungsi dari otak. Kita tidak dapat mengikuti hati melalui otak, ataupun memakai otak untuk masuk ke dalam hati.

Kenapa susah untuk masuk ke dalam Hati?

Untuk mengalami kedamaian, kebahagiaan, kasih dan rasa syukur yang memancar dari hati sebetulnya suatu proses yang sederhana. Masalahnya kita merasa normal dengan kondisi otak yang dominan. Ini merupakan hasil dari sistem pendidikan yang hanya menekankan pemakaian fungsi-fungsi intelektual & mental. Umumnya orang tidak pernah mendapat pendidikan atau bimbingan bagaimana caranya untuk masuk ke hati. Dapat berada di hati merupakan suatu anugrah terbesar. Manusia ‘berusaha’ untuk berada di hati, dan tidak menyadari justru usaha itulah yang membuat mereka tetap di otak. Umumnya kalau seseorang berpikir dia sudah di hati, sebenarnya masih di otak. Atau sebagian dari dirinya sudah mulai menyentuh permukaan hati, sedangkan sebagian besar yang lain sedang mengamati proses itu. Kegiatan berusaha dan mengamati adalah fungsi dari otak, sehingga hal ini akan menghalangi orang tsb untuk masuk sepenuhnya ke dalam hati. Kemungkinan besar orang itu berpikir ia sedang mengalami pengalaman hati yang luar biasa. Dalam kenyataan, yang dialami hanyalah setitik kecil dari yang sebenarnya dapat dinikmati. Kebahagiaan dan kasih tiada batasnya hanya dapat dialami di dalam kedalaman hati kita, saat kita dapat berada di dalam hati dengan sepenuh keberadaan kita.

Ragu-ragu untuk Membuka Hati

Walaupun kita telah diberitahu pentingnya untuk membuka hati, sering kita ragu-ragu untuk melakukannya. Penyebabnya adalah adanya kekhawatiran bahwa membuka hati akan membuat kita menjadi mudah disakiti seperti di masa-masa lalu. Kita menyamakan hati yang terbuka dengan sakit hati secara emosional yang pernah dialami di masa lalu. Justru sebaliknya, membuka hati tidak berarti kita akan mudah mengalami emosi negatif. Saat hati kita terbuka dan menjadi semakin kuat, perasaan-perasaan positif dari hati akan tumbuh dan secara automatis mengurangi emosi-emosi negatif. Hati kita tidak dapat menyakiti kita. Malahan, dengan membuka hati seutuhnya, akan menyembuhkan kita pada tingkat yang terdalam sehingga kita dapat merasa utuh, merasa puas setiap saat dari kehidupan kita.

Emosi dibandingkan Perasaan dari Hati

‘Emosi’ dan ‘perasaan’ dari hati adalah 2 hal yang amat berbeda. Kemarahan, ketakutan, kekhawatiran, ketidak sukaan, perasaan bersalah, kesedihan, iri hati, tidak percaya diri dan kesombongan adalah contoh dari emosi-emosi yang biasa dialami orang. Mengikuti emosi adalah hal yang tidak produktif, karena sama saja dengan menambahkan kayu ke api. Dengan mengikuti emosi, kita akan mempersulit hubungan yang ada dan mengakibatkan pengulangan pengalaman-pengalaman yang tidak enak. Mengikuti emosi juga mengotori hati dan menciptakan kabut yang menutupi cahaya dari hati. Sebaliknya, perasaan adalah sesuatu yang halus dari hati kita. Kasih, kebahagiaan, empati, rasa penghargaan dan syukur adalah perasaan-perasaan dari hati. Oleh karena itu ada istilah “ rasa kasih dan syukur yang mendalam dari hati”. Dipenuhi oleh perasaan-perasaan hati yang yang positif adalah kunci kebahagiaan dan pencapaian yang sejati.

Kita membatasi Hati untuk mempunyai hubungan langsung

Banyak dari kita tidak mengalami hubungan langsung dari hati ke Tuhan, Asal Yang Sejati, melainkan menghubungkan diri (atau diajarkan untuk menghubungkan diri) melalui perantara. Sifat dari perantara adalah sesuatu atau seseorang yang ditempatkan di antara inti hati kita dan Asal Yang Sejati. Hal ini menghambat ekspresi kasih yang sempurna. Sama juga halnya bila kita memuja manusia lain ataupun mahluk dari dimensi lain, kita telah membatasi diri dan potensi spiritual kita karena telah menciptakan batasan antara inti hati kita dan Sumber Kasih dan Cahaya.

(sumber : http://www.heartsanctuary.org/in/typical-challenges.html)

DIMANA DAN APAKAH HATI ITU

Apa dan dimanakah hati kita?

Hati kita adalah pusat dari ‘perasaan’. Sebagai bandingannya, kepala kita adalah pusat berpikir dan pusat dari ego. Kehidupan yang bahagia dan penuh pencapaian dipenuhi oleh Kasih, kebahagiaan dan rasa syukur. Semua ini adalah perasaan, bukan pikiran, oleh karena itu memahami hati amatlah penting. Dengan belajar mengikuti hati, kita belajar menggunakan kecerdasan hati kita yang akan membimbing kita untuk membuat keputusan-keputusan bijaksana yang penuh kasih. Ini akan mendukung kita mencapai keberhasilan yang memuaskan dalam semua tingkat kehidupan. Hati yang kita maksud di sini bukanlah hati secara fisik, melainkan Hati non fisik, yang berada di tengah-tengah dada, pada ketinggian ketiak.

Saat pertama kali mau memakai hati, biasanya kita perlu mengaktifkan hati terlebih dahulu. Amatlah membantu apabila kita menyentuh hati yang terletak di tengah dada pada ketinggian ketiak dng menggunakan satu atau beberapa jari tanpa memberikan tekanan. Dengan menyentuh titik itu, hati akan menjadi lebih aktif. Di dalam hati kita terletak Diri Sejati/Roh kita, dan lebih ke dalam lagi (intinya) adalah percikan dari Cahaya dan Kasih. Itulah identitas sejati kita, siapa diri kita yang sebenarnya pada tingkat yang paling dalam dari keberadaan kita, mengatasi semua batasan ruang dan waktu. Percikan ini adalah aspek termurni dari diri kita yang terdalam dan secara langsung terhubung dengan Sumber Cahaya dan Kasih Yang Sejati, yaitu Tuhan Asal Yang Sejati.

(catatan: Kami memakai istilah “Tuhan Asal Yang Sejati” karena istilah ini netral. Silahkan mengganti istilah Tuhan Asal Yang Sejati, dengan sebutan yang biasa anda pakai untuk merepresentasikan Sumber Kasih dan Cahaya Yang Sejati).

Hati kita adalah :

  • Kunci hubungan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa
  • Pusat kedamaian
  • Pusat ketenangan
  • Pusat kebahagiaan sejati
  • Pusat kasih
  • Kunci dari kesehatan fisik, mental dan emosional
  • Kunci dari pertumbuhan spiritual kita
  • Pusat dari kecerdasan hati

Mengapa Hati

  • Hati adalah sesuatu yang amat istimewa karena inti hati kita terhubung langsung kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  • Hati adalah pintu untuk menuju Rumah Sejati kita yang merupakan tujuan akhir. Oleh karena itu amatlah penting bagi hati kita untuk menyadari dan ingat kembali bahwa Tuhan Asal Yang Sejati adalah Sumber Kasih dan Cahaya, dan Sumber dari keberadaan kita.
  • Hati adalah pusat penerimaan berkat Kasih dan Cahaya dari Sumber Kasih dan Cahaya yang Sejati.
  • Hati adalah pusat kedamaian, ketenangan, kasih, rasa syukur dan kebahagiaan, dimana berkat dari Kasih dan Cahaya di dalam hati selalu memancarkan hal-hal positif tersebut setiap saat.
  • Hati selalu memanggil kita, dan menghendaki kita untuk santai, tersenyum dan menikmati semua anugrah-anugrah dari Kasih dan Cahaya. Lebih dari itu, hati selalu mau berada dalam keadaan bebas lepas dan menjadi Alat Kasih dan CahayaNya.

Mengapa Mengikuti Hati

Saat hati kita menjadi lebih dominan, kita mulai menggunakan kecerdasan hati kita yang bersifat bijaksana penuh kasih. Ini adalah tingkat kecerdasan terdalam yang melebihi kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosional. Kecerdasan hati membimbing kita untuk membuat keputusan-keputusan yang akan menuntun kita memenuhi tujuan sejati keberadaan kita dan membantu kita menguasai pelajaran-pelajaran hidup yang selama ini telah berulang kali kita gagal untuk menguasainya. Hati juga memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kita, dengan tidak mementingkan diri sendiri, karena hati mengakses gambaran situasi yang sifatnya jauh lebih luas/komprehensif, jauh melebihi persepsi otak. Hati membimbing kita untuk membuat keputusan-keputusan bijaksana dengan penuh kasih. Kecerdasan hati membantu kita untuk mendapat gambaran yang jauh lebih jelas atas sebuah situasi. Kecerdasan hati memberikan pandangan-pandangan baru, perspektif-perspektif baru dan sikap-sikap baru untuk dapat secara efisien mengatasi tantangan-tantangan apapun yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Otak/kepala biasanya langsung bereaksi dalam menghadapi situasi-situasi, tetapi hati kita dapat merespon sedemikian rupa sehingga hal-hal yang biasanya membuat stress ataupun hambatan-hambatan berubah menjadi kesempatan-kesempatan untuk belajar. Walaupun demikian, hidup dengan memakai hati, tidak berarti kita berhenti memakai otak. Kita tetap perlu memakai otak agar dapat berfungsi di dunia ini – tetapi, otak kita ada di bawah pengaruh dan bimbingan dari kebijaksanaan hati.

(sumber : http://www.heartsanctuary.org/in/where-and-what-is-heart.html)

MEMBUKA HATI KITA

Membuka hati kita sebesar-besarnya adalah hadiah terbesar yang bisa kita berikan kepada diri kita sendiri dan kepada dunia. Membuka hati memberikan efek penyembuhan yang mendalam pada semua lapisan diri kita dan juga kepada keluarga dan masyarakat. Semakin kita membiarkan hati kita terbuka, semakin kita dapat membagikan kasih, karena kedamaian, kebahagiaan dan kasih memancar dari dalam inti hati kita. Kalau kita benar-benar mendengarkan dan merasakan panggilan hati, kita akan menyadari bahwa hati kita ingin terbuka dan membiarkan Kasih dan Cahaya dari dalam hati melakukan hal-hal indah atas seluruh diri kita, keluarga dan masyarakat.

Kalau kita membuka hati, kita akan memperdalam hubungan spiritual kepada Tuhan Asal Yang Sejati, dan ini membuat kita hidup secara sejati di dalam kesucian Kasih. Kemudian kita akan mulai menyadari bahwa Tuhan Asal Yang Sejati, sebagai Sumber Sejati dari Kasih dan Cahaya, telah mengasihi kita setiap saat dari keberadaan kita. Sebenarnya tidak ada satu saatpun dalam keberadaan kita, dimana hal itu tidak terjadi, karena Tuhan tidak dapat pernah berhenti mengasihi kita dan semua mahluk.

(catatan: Kami memakai istilah ‘Tuhan Asal Yang Sejati’ karena istilah ini netral. Silahkan mengganti kata ‘Asal Yang Sejati’, dengan kata apapun yang menurut anda merepresentasikan Sumber Yang Sejati dari Kasih dan Cahaya).

Darimana asal dari Kedamaian, Kasih dan Kebahagiaan?

Kedamaian dan kasih terdalam yang tersedia bagi kita di bumi berasal dari percikan kasih dan cahaya dari dalam inti hati kita. Percikan ini adalah aspek yang termurni dari diri kita yang terdalam dan secara langsung terhubung dengan Sumber Kasih & Cahaya. Semakin kita membiarkan berkat kasih dan cahaya memurnikan dan membuka hati kita, semakin banyak kasih dan cahaya dari inti diri kita menjadi bebas untuk memancar ke semua arah, ke semua hati di manapun juga berada. Semua orang mempunya percikan kasih dan cahaya di dalam hatinya. Tetapi, tidak semua percikan memancar secara bebas dan indah. Saat pertama kita membuka hati, perasaan enak yang kita alami mungkin hanya sekedar perasaan tenang dan damai. Setelah lapisan-lapisan hati kita dimurnikan, kita tidak hanya merasakan kedamaian dan ketenangan, tetapi kita mulai juga merasakan kebahagiaan mendalam, kasih dan cahaya yang memancar dari inti hati kita. Kapan saja, kita dapat menghentikan aktifitas yang sedang kita lakukan, kemudian menyadari dan merasakan bahwa Kasih itu dengan demikian indahnya menarik kita lebih dalam lagi masuk ke dalam kasih.....ke dalam inti hati kita. Dan hal ini tidak pernah berhenti kalau kita terus membiarkan kasih membawa kita ke sana. Saat kabut kotoran yang menutupi hati kita dapat dibersihkan, maka kasih dan cahaya dapat dialami tanpa halangan di dalam kebahagiaan yang sejati & murni.

Mengapa kita berada di sini?

Tujuan akhir dari kehidupan adalah untuk mengasihi Tuhan Asal Yang Sejati seutuhnya dengan segenap hati kita. Bagi kepala/otak, pernyataan ini kelihatannya dapat diperdebatkan. Tetapi, inti hati kita, yang memanggil kita untuk ‘kembali ke rumah’ kepada Sumber Kasih dan Cahaya, mengetahui bahwa hal ini benar adanya. Namun jalan langsung untuk mencapai tujuan keberadaan kita yang amat diidam-idamkan itu hanya dapat terjadi dengan jalan menyambut dan memasrahkan diri kita seutuhnya ke dalam kasih termurni – bentuk kasih yang terhalus dan teragung – yaitu kasih dari Tuhan Sumber Sejati segalanya. Hanya melalui kasih termurni inilah, inti diri kita dapat pulang kembali.

Kita diundang untuk membuka hati dan menjadi alat Kasih dan Cahaya dengan membagikan kasih ini kepada hati setiap mahluk. Saat kita membagikan kasih ini sebagai alat Tuhan, kita juga mengasihi Tuhan dan semakin dekat ke rumah diri sejati kita. Ini berarti kita semakin dekat dengan Tujuan Akhir. Jadi sekarang adalah saat untuk bangun dan sadar – untuk mengasihi Sumber Kasih dan Cahaya seutuhnya dengan sepenuh hati dan seluruh diri serta menjadi alat kasih dan cahaya sebagaimana kita seharusnya.

Hidup kita di bumi adalah suatu anugrah. Untuk hidup tanpa membuka hati dan mengasihi Tuhan seutuhnya berarti kita kehilangan makna dan tujuan yang sebenarnya dari keberadaan kita. Hanya menggunakan pikiran, atau intelek/logika, tidak akan membawa kita pulang ke ‘rumah yang sejati’.

(sumber : http://www.heartsanctuary.org/in/opening-our-hearts-4.html)

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template